Pada pertemuan pertama, kita sudah melihat segala kelumpuhan yang ada di sekitar kita. Pada pertemuan kedua, kita diajak untuk melihat roh jahat yang menjadi penyebab terjadinya kelumpuhan itu sendiri. Pada pertemuan ketiga, kita diajak untuk bangkit kembali dari segala kelumpuhan yang ada. Pada pertemuan keempat, kita diajak untuk berani memulai sesuatu yang baru. Setelah kita disembuhkan dan kelumpuhan, roh jahat yang merasuki telah diusir, kita telah dibangkitkan dari segala kelemahan, maka pada puncak pertemuan ini kita diajak untuk memulai sebuah karya baru sebagai anak-anak Allah.
Injil Yohanes 2: 1-11, berbicara tentang peristiwa Pesta di Kana ketika Yesus mengubah Air menjadi Anggur. Ada beberapa point yang perlu kita lihat dalam peristiwa ini:
- Ini adalah mukjizat pertama yang digambarkan sebagai tindakan publik pertama yang dibuat Yesus.Sebagai wahyu dari campur tangan ilahi yang telah dimulai dan berlanjut sepanjang pelayanan-Nya, adalah penting bahwa itu dirasakan oleh sebagian orang dan terutama rekan-rekan terdekat Yesus (Ibu Yesus, Keluarga Yesus, Saudara-saudari Yesus).
- Mengubah Air menjadi Anggur menjelaskan bahwa peristiwa-peristiwa terdahulu yang pernah terjadi (seperti peristiwa anggur di kuil Baccus-Andros dan peristiwa penyedia anggur oleh Dionisius). Peristiwa di Kana menegaskan sebuah perubahan dari Air menjadi Anggur. Perubahan tidak dimulai dari ketiadaan, tetapi menggunakan materi yang ada yakni air.
- Meskipun belum tiba waktunya (makna eskatologis), Yesus tetap melakukan mukjizat ini. Anggur adalah simbol pesta meriah bagi orang-orang Yahudi. Ketiadaan Anggur sama dengan ketiadaan pesta. Dan pesta adalah simbol kegembiraan kerajaan Allah. Oleh karena itu, bagi orang Yahudi, ketiadaan anggur dapat dikatakan sebagai ketiadaan kerajaan Allah.
- Yesus harus memulai karyanya. Waktu yang dimaksud adalah saat ini. Kalau tidak dimulai sekarang, kelanjutannya pasti tidak ada untuk besok dan seterusnya. Meskipun maksud Yesus adalah bermakna eskatologis, namun beberapa para ahli mengatakan bahwa saat itu adalah saat sekarang yang harus dihadirkan.
- Adakah kita menjadi orang-orang terdekat Yesus yang menyaksikan dan menikmati mukjizat yang telah dibuat oleh Yesus?
- Adakah kita mengantisipasi bahwa suatu ketika bejana kita kehabisan anggur? Suatu ketika kita merasakan kekeringan dalam iman?
- Pernahkah kita mengundang Yesus untuk tetap mengisi bejana kita yang kosong?
- Kalau kita lebih ekstrim, pernahkah kita menjadi seperti Yesus, mengisi bejana dengan anggur agar tidak terjadi kekacauan, atau malah sebaliknya kita menjadi penghabis anggur sehingga kekacauan disekitar kita tidak dipedulikan karena kenikmatan anggur?
- Atau barangkali, seharusnya kita memberi justru berubah menjadi pemeras sehingga memicu kekeringan anggur di mana-mana?
